Suara Sumbang Ibu Dita membisu beku, bahkan matanya hanya sesekali berkedip, pertemuan yang tak terduga membuahkan hasil mengejutkan. Sesekali Ibu Dita hanya melirik ke arahku, seperti mengamati apakah aku akan sedih, atau malah bahagia? Tapi pertemuan ini menjadikanku mempelajari sesuatu, bahkan seorang Ibu pun bisa juga salah. Tidak ada yang sempurna. Dua belas tahun lalu pertemuan kami, aku adalah seorang aparatur negara yang tidak mempunyai kedudukan apa-apa. Hanya seorang pegawai kelas umbi-umbian,’rendahan’ kalau kata orang-orang. Apalagi dengan penempatanku di tempat yang tidak strategis, alias non teknis. Cuma mengurusi surat-menyurat, segala remeh temeh hal yang sama sekali tidak penting, mungkin kalau dikonversikan ke dalam sistem kasta, aku adalah rakyat jelata. Ibu Dita adalah atasanku, pejabat eselon III yang terkenal karena ramah dan kebaikannya pada siapa saja. Sering tegur sapa dengan cleaning service, PKD bahkan aku yang hanya...
catatan seorang pecinta kopi, teh, hujan dan travelling.