Siang makin memanas, begitu pun obrolan kami saat itu. Tak ada yang istimewa, hanya dua cangkir berisi kopi yang hampir habis, dan asbak penuh abu dan puntung rokok. Sebut saja namanya Bisot, dia adalah kawan saya yang paling baik di kantor. Ya bukan berlebihan, tapi dia adalah sosok kakak, senior, dan pejabat yang memberi masukan teramat istimewa untuk junior seperti saya. Saya dan Bisot, adalah pegawai dan pejabat di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, kami sama-sama dari penerimaan umum, bukan dari sekolah istimewa STAN. Yang membedakan Bisot dan saya adalah, saya dari penerimaan umum D1 sementara dia dari penerimaan sarjana yang membuatnya cepat naik jabatan menjadi pejabat Eselon IV. Saat itu Bisot menjabat kepala kantor di salah satu kantor pelayanan yang dekat dengan perbatasan timur Indonesia. “Deb, nggak ada yang keren di sana.. Hanya ada kelompok penjaga perbatasan dengan pegawai kurang dari dua puluh orang dan semangat kerjanya redup terang.. ” Bisot berusaha...
catatan seorang pecinta kopi, teh, hujan dan travelling.